Selasa, 24 April 2018

Peket Investasi Indonesia Untuk China


Part 1
Oleh: Nurindah Fajarwati Yusran
Marketing Khansa Property

https://www.voaindonesia.com/a/china-bisa-jadi-investor-terbesar-untuk-indonesia-jika-presiden-pangkas-birokrasi/2824212.html
Sejak era pemerintahan Presiden ke-7 Republik Indonesia (RI) Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf  Kalla program pembangunan nasional makin digencarkan. Presiden Jokowi berjanji akan meningkatkan pertumbuhan Indonesia melalui pembangunan infrastruktur yang masif, bahkan akan membangun infrastruktur terbesar sepanjang sejarah.

Pembangunan infrastruktur diyakini mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan, pembangunan ini juga mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. Guna memuluskan proyek tentunya dibutuhkan dana yang besar.

Dalam mempercepat program tersebut, Jokowi-JK memiliki waktu yang terbatas dalam mengambil hati rakyat dan menapati janji politiknya. Jalan pintas yang dilakukan pemerintah adalah dengan berhutang atau mengharap suntikan dana investor asing. Sehingga manisnya investasi terbuka lebar bagi negara-negara asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Investasi asing seakan menjadi satu-satunya solusi bagi pendanaan pembangunan di Indonesia.

baca juga: https://www.merdeka.com/uang/5-proyek-pemerintah-ini-didominasi-para-pekerja-china.html
Kerja sama berbagai negara di belahan dunia saat ini sangat identik dengan perdagangan, hutang, dan investasi. Kebebasan investasi menjadikan perusahaan multinasional dengan mudah mausk dan berkompetisi di negara berkembang.
Pada Konferenasi Asia Afrika, Kamis (23/4/2015) terdapat hasil pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping di sela-sela KAA. Presiden Jokowi memastikan bahwa Tiongkok akan ikut berinvestasi dalam proyek infrastruktur. Dalam perjalanannya, China kemudian muncul sebagai partner utama,  menyapu bersih urusan investasi di Indonesia.

Dari situs sekretariat kabinet disebutkan, proyek infrastruktur yang menggandeng Tiongkok tidak main-main, terdapat pembangunan 24 pelabuhan, 15 bandar udara (bandara), pembangunan jalan sepanjang 1.000 kilometer (km), pembangunan jalan kereta api sepanjang 8.700 km, serta pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 megawatt (MW). Tak cuma itu, Tiongkok juga akan terlibat dalam pembangunan jalur kereta supercepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya.

Di tahun 2016, realisasi investasi mencapai Rp 612,8 triliun. Dari capaian realisasi itu ada 5 negara yang menjadi investor terbesar di Indonesia. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, menyampaikan Singapura merupakan investor terbesar di 2016 dengan nilai investasi US$ 9,2 miliar. Disusul Jepang di posisi ke-2 US$ 5,4 miliar, dan China di urutan ke-3 US$ 2,7 miliar.

Meski berada di urutan ke 3, China memperlihatkan kecenderungan yang besar untuk masuk sebagai penguasa ekonomi Indonesia menggantikan supremasi Amerika Serikat. Ini terbukti dilihat selama satu tahun pemerintahan Jokowi, investasi China di Indonesia meningkat hingga 79 persen. Hingga akhir tahun 2019, China ditargetkan menjadi salah satu dari investor terbesar di Indonesia. Bahkan sebagian pengamat melihat, adikuasa negeri tirai bambu bisa saja mengambil alih tambang Freeport dari tangan AS.

Imbas liberalisasi, dimana negara terjebak dalam berbagai perjanjian perdagangan bilateral, regional dan multilateral yang menjadikannya tidak berdaulat dan mandiri. Hal ini telah mencerminkan Indonesia sebagai negara berkembang, meski di anugerahkan SDA yang melimpah serta SDM produktif tetap saja kesulitan gerak tanpa stimulus asing. Hutang piutang adalah jebakan pemilik modal untuk meraup komoditi SDA dalam wajah penjajahan model baru atau neoliberalisme. Neoliberalisme hanyalah gurita masyarakat dan menguntungkan pihak korporasi. Investasi dengan penanaman modal tidak cukup tanpa mengikut sertakan tenaga kerja.

Perjanjian bilateral Indonesia dan China memiliki konsekwensi kombinasi kebijakan lokal dalam desakan global. Dapat dilihat dengan meningkatnya projek, sejalan pula dengan derasnya TKA yang masuk ke Indonesia, baik secara legal maupun ilegal seiring dengan pembangunan projek infrastruktur. Menurut Kepala Subdit Analisis dan Perizinan TKA Kemenakertrans, Yanti Nurhayati Ningsih, sejak 2012 TKA asal China yang bekerja di Indonesia berada di peringkat pertama.

Selain itu, banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa kehadiran tenaga kerja asing asal China ternyata tidak luput dari peran pemerintah. Pemerintah Jokowi melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor 16 Tahun 2015 rupanya telah merevisi Permenaker Nomor 12 Tahun 2013, dan memperbolehkan tenaga kerja asing sementara serta tidak mengharuskan pekerja asing memiliki kemampuan berbahasa Indonesia. Mirisnya, pada 26 Maret 2018, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Dalam Perpres ini disebutkan, penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dilakukan oleh Pemberi Kerja TKA dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu, yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi pasar tenaga kerja dalam negeri. Demikian dilansir laman setkab, Jakarta, Kamis (5/4/2018).

http://www.aktual.com/ribuan-buruh-aksi-tolak-tka-ilegal-china/
Dalam jangka pendek, TKA akan semakin mudah keluar masuk Indonesia, sedang dalam jangka panjang akan mempengaruhi budaya, ideologi dan juga membludaknya warga ilegal asal Tiongkok ini. Alih-alih pengentasan kemiskinan sebagaimana tujuan di awal, berbagai kebijakan pro asing secara tidak langsung hanya mengutungkan kapitalis dan pihak berkepentingan di dalam negeri. Semakin hari rakyat terpinggirkan dan membawa kepada kesengsaraan. Kebijakan yang ada adalah bagian kontribusi pemerintah dalam menciptakan ketimpangan pendapatan. Tidak hanya itu, kebijakan juga mendorong eskalasi ketimpangan ekonomi di dalam negeri.

Next Opinion berkaitan dengangambar terakhir dan bagaimana Islam memandang ketimpangan ini.


Senin, 05 Maret 2018

Malino, 7 Mei 2015


Sudah lebih dari setahun tidak bertemu dengan alumni Telkom A  2013  PNUP. Kebetulan lagi buka laptop, dan ketemu foto-foto lama saat liburan bersama di rumah lebih  dari 2 tahun yang lalu. Sudah hampir 3 tahun, dan rasa-rasanya terasa berlalu denan begtu cepat. sebenarnya, sepulaang dari Malino ketika itu ingin langsung membuat halaman khusus edisi jalan-jalannya, tapi ya sudah, mungkin hari ini waktu yang paling tepat.

Foto pertama  saat menginjak Malino
Berkendara lumayan cukup lama sekitar 2 jam,  kami  janjian di depan kampus UIN dengan mengendarai sepeda motor, saya sendiri,  Risma bersama Faliskah, Fikar dengan Irwan.

Liska, Inda,dan Cimma



Mencari Indomaret dan Alfamart di Malino

Saat foto-foto, mungkin karena mau ngemil, atau mulai lapar, Fikar menanyaakan letak Indomaret ataupun Alfamart. wajar saja ya, pengaruh modernisasi dan kehidupan perkotaan mau beli apapun itu keseringan nyari  mini market. 

Tentunya saya sedikit tersenym, di Malino tidak satupun Alfamart ataupun Indomaret, simpang siur terdengar,  katanya sih, kalau ada mini market masyarakat kurang setuju, karena akan berpngaruh padaapenjualan di warung-warung kecil. 

Selasa, 29 Agustus 2017

Penghujung Agustus


Untukmu sang waktu, 5 tahun lalu pikiran itu kembali, sepertinya aku mulai paham, apapun sebabnya pahamilah, aku takan jauh. Minimal inilah upayaku tuk kembali meraih apa yang terabaiakan 5 tahun terakhir. Aku sadar sejatinya di sanalah harusnya aku bekerja dengan sangat keras. Aku menyebutnya bukan sebuah kesia-siaan, ini hanyalah pengijabaan doa yang tengah tertunda karena kekeliruan sang empu pemohon. Olehnya maafkan aku, semoga aku bisa mengejar ketertinggalan ini. Ya, semoga. 

------
Menangislah,  jika sekiranya menangis itu bisa membuatmu sedikit lebih baik
Menangislah,  jika sekiranya menangis itu bisa mengurangi amarah di dadamu
Menangislah,  jika sekiranya menangis itu bisa lebih memancar ketulusan hatimu
Menangislah,  jika sekiranya menangis itu bisa membuatmu bangkit

29/08
Semoga malam ini telah cukup kebingunganku beberapa bulan terakhir. Berada di rentetan pilihan, memilih di antara beberapa pilihan,  semoga Allah ridha dengan tiap perjalanan ini,  karena sungguh setiap keputusan tidak lain hanya mencari ridhonya. Tersisa sepekan sebelum keberangkatanku ke Surabaya,  ada begitu banyak PR yang tidak usai,  belum di jamah dan juga ditangisi akhir-akhir ini. Nyaris 5 bulan sudah jemariku kaku tidak berkish di keyboard handphoneku. Rindu rasanya, dan benar-benar rindu.  Terhitung telah ratusan kisah luar biasa mengarungi perjalananku yang ku abaikan begitu saja. Mengingat rasa-rasanya tidak lagi ada waktu,  karena pikiran baru dan muncul dengan cepat selalu menghadangku untuk mencarikan solusi agar tertunaikan secepat mungkin. 

Di penghujung Agustus, aku kembali meriview realisasi mimpi, setidaknya ada beberapa perlahan terwujud,  meski dengan cara-cara yang tidak terduga,  lewat tahapan panjang penuh air mata dan kegalauan.  Oh Allah,  inikah takdirku? 
Yang aku tahu,  sebulan ini aku belajar dari doa-doa panjang dan lewat sholat istikharah yang ternyata tepat dijadikan satu-satunya solusi di setiap permasalahan.  Sungguh,  bersujud tidaklah semudah yang terkira,  tetapi saat ikhlas selalu dirindukan berlama-lama.  

Malam ini,  aku rindu dengan keheningan,  lampu kamar yang aku matikan,  hanya layar putih handphone yang menyinari.  Allah,  bisa kah engkau pertemukan aku dengan orang yang sama?  Suka gelap,  dan sangat bergantung pada subuh? Jika subuhku baik,  maka baiklah kemudian. 

Ada banyak hal yang tidak semestinya terangkai menjadi kalimat,  keegoisanku misalnya.  Kota impian Bandung yang belum menjadi pijakanmu untuk tlajar banyak,  ahh Surabaya semoga bisa menjadi pengganti yang baik.  Demikianlah tiap kesulitan dan ujian hidup ada-ada saja jalan Allah menukarkan dengan hal serupa,  atau mungkin lebih baik di waktu dan tempat yang tidak pernah salah.  Aku sadar,  Allah maha Indah sang pemilik segala kisah menakjubkan yang tidak satupun mampu membersamainya.    Peristiwa ajaib terasa mustahil,  atau peristiwa yang dinanti namun terganti,  semua ini terencana tanpa tepi,  apik dan rapi itulah sebab tiada alasan tidak butuh padaNya. 

Dalam lamunan malam,  ataupun dalam lamunanku saat aku rindu dekapan sosok penyemangat yabg tidal melulu tentang makhluk manusia.  Ingin kutuliskan peristiwa se apik mungkin,  hatiku tolong berimbanglah dan bermain cantik. Srtan di sampingku bisakah anda diam,  sebentar saja,  sedkit saja tidak mengganggu agar tertunaikan impian ini? 

Munculnya berbagai macam pertanyaan klasik dari orang lain yang pada dasarnya juga mejadi pertanyaan pada diri sendiri sering kali mnambah isakan ini.  Tolong,  cerewetku tanpa anda ketahui hanyalah dalih agar aku tenang.
Tolong, hargai kesukaanku dan pahami mau ku wahai diri. Entah kenapa saat berada di gunung damai ini terhampas bagai di syurga. Ini hanya dunia, tetapi penat ini sekiranya lepas tanpa aku ceritakan pada siapa-siapa. Oh, tapi perlu dipahami, kesukaanku satu ini aka terhenti untuk waktu yang panjang. 
Wajar saja dunia ini fana, tetapi aku tiada dusta. Tempat ini sungguh itimewa, aku tidak pernah yakin akan kembali mengulang meski hanya sekali. Mengapa rasanya waktuku tersisa sebentar?

Pahamilah,  jika pada dirimu sendiri saja pun kamu tidak mampu berterus terang,  bagaimana mungkin pada orang lain? 

*Kuat dan tegarlah di jalan Islam, karena cahaya terus pancarkan sinar
*Jika kamu merasa jika saja sendiri itu berat itulah sebab dawkah wajib berjalan terus dan terus.  Karena dari sana ada teman tuk berjuang. 
*Dari beberapa ayat Alqur'an,  jika saja kamu termasuk yang munafik,  kafir dan musyrik sekalipun Allah tidak pernah rugi,  kamu lah yang merugi. 
*Dalam perjuangan jangan selalu mengharap selain kekuatan dari RabbMu,  karena sang makhluk pun berharap padaNya. 
*Tentang dunia yang fana,  siapa sangka waktumu begitu cepat yang bahkan selepas menuliskan ini saja pun tubuhmu diliang Lahat. 
*Tiada perlu takut mati,  karena mati adalah pasti.  ya,  sama-sama pasti untuk semua makhluk,  manusia atau pun yang bukan. Tapi,  takutlah neraka karena tidak semua manusia menempatinya. 
*Intinya,  takutilah apa yang harusnya ditakuti. 
*Lalu?  Seberapa besar planning mu pagi ini? 
*Jangan menunggu waktu siang di kala masih pagi hari,  jangan pula menunggu waktu petang dikala siang hari.
*Andai kata bisa terngiang dan tertulis di setiap sudut dan ruang. 

WAFAT,  WAFAT,  WAFAT,  AJALMU DEKAT AJALMU DEKAT AJALMU DEKAT

Sungguh aku khawatir lupa saking terlena.

Apa pula wahai manusia, ruginya hidup di dunia jika kelak tidak bertemu Allah dan Rasulullah...

Sabtu, 17 Juni 2017

23 RAMADHAN

Nasihat berbekas di 17 Juni, pada buka bersama se Mahally Stimik dkk. Perlu diketahui, mahally baru adalah roda dakwah baru. Pertanda semakin kuatnya ujian di depan mata, semakin luasnya tentangnya, dan tentunya harus semakin siap berkorban jiwa dan raga demi Islam. *Dek bagaimana mungkin dakwah dikeluarga optimal jika pulang kampungnya adik-adik semisal di hari Raya, pagi sama teman, siang sama teman, pulang pas mau magrib, malam kelelahan. Masyaa Allah, saya teringat beberapa tahun silam. Dan yang paling saya ingat adalah adik saya sendiri, ya jika dikata waktu untuk teman dan sahabatnya itu lebih lowong. Khususnya di perayaan besar Id Fitri dan Idul Adha dimana semua keluarga berkumpul, banyak tamu yang kerabat berdatangan tapi dianya sibuk dengan temannya, door to door tapi bukan ke keluarganya.

Saya pribadi beberapa tahun belakangan memang sudah malas jalan jauh-jauh, atau sekedar siarah ke teman-teman. Palingan di rumah sepupu tidur sampai sore. Tapi kondisi ini ketika masih berstatuskan mahasiswa. Mungkin sekarang beda lagi karena sudah kerja. Intinya pola pikir Inda sekarang terbentuk 90 derajat berbeda, in syaa Alah lebih dewasa lah. Meski hanya 2,3 jam dari kampung, dari rumah dan dari keluarga. Semakin terasa sulitnya berkumpul, semua sibuk dengan urusan masing-masing. Dan, PR besar pulang kampung kali ini begitu berat rasanya. Tersebab usia semakin dewasa, ada banyak hal yang mesti tuntas bicara empat mata, baik sama Ummi, atau sama Mama.

Mulai dari dakwah yang sudah berubah caranya, tantangannya baik secara jamaah maupun individu saya sendiri. Mesti sabar, belajar dulu sebelum pulang. Belajar berbicara jauh lebih baik, lebih sopan, ndak ngotot, pokoknya belajar banyak biar tak dikata bunuh diri retorika tak berakna di depan keluarga... Sudah jalan 3 tahun perubahan secara pribadi terlihat oleh mereka. Inda yang tak lagi di ajak pergi-pergi sama om, tak lagi di bonceng, dan Inda yang semakin di jauhi sebagaimana seharusnya. Jika dulu duduk berdampingan, akrab pakai banget, alhamdulillah sekarang sudah beda. Jauh berbeda, awalnya sedih, masih dominan perasaan sekarang bersyukur mereka sendiri yang mengerti kondisi dan pandangan yang sekarang. Jika dulu sering di kata ustadzah, terlalu alim, alhamdulillah sekarang sudah normal kembali dan tentunya dulu sering di tegur bandk salahnya sekarang tidak lagi. Meski rindu juga dengar tante, om marah-marah 😁.

Jika pulang kampung kali ini masih toh belum clear semua planning jadinya sama saja belum siap dengan planningnya. Optimis saja, jadi power ranger beberapa menit lah, belajar sabar berhadapan dengan yang awalnya sulit memahami maksud yang akan diungkapkan... Hanya minta restu semoga harapan di tahun mendatang bisa terealisasi dengan baik. Makin dewasa, terlebih usia kini menginjak umur 22 yang tak lagi muda. Jika mereka katanya harusnya sudah menikah, duhh calonnya saja belum ada. Siapnya saja belum, wajarlah doanya sampai saat ini belum juga matang sampai ke sana. Hanya saja, rindu kuliah lagi, berharap bisa bersolo karir, jadi penulisnya bisa terwujud cepat-cepat. Pokoknya bahagiakan keluarga dulu lah baru bahagiakan keluarga lain. Sulit juga sih memulai, keluarga bawaannya ribet-ribet gampang. Tapi jika dipikir-pikir sudah waktunya, kesempatan emas, semuanya harus jalan. Dan bahkan semakin hari semakin paham, pernanan anak tertua seperti apa, beban mereka bagaimana, naun semua ada jalannya, Allah pasti beri kemudahan. Pegangan dakwah besar sungguh benar jika di kata keluarga no satu. Entah dukungan langsung, dukungan opini, dukungan doa dan syukur-syukur berada satu barisan dengan mereka.

Semalam berpikir positif dan terus berharap, apa yang digenggam saat ini keputusan terbaik. Semoga amal jariyah, dan bukan malah banyak pelanggaran syariatnya. Disisi lain, ingin membuktikan akhwat kerja rasanya seperti apa, tantangannya ssberat apa, konsekwensinya pun bagaimana. Meski baru akan menginjak 3 bulan magang, hampir setengah tahun di marketing, intinya ini tak mudah, dan taka da jalan ke mudah-mudahkan nya. Begitu banyak pelajaran berharga, dan pilihan untuk turun dari ujian, atau paling tindak menghindar sebentar saja tidak dapat dilakukan sama sekali. Sama sekali tsk bisa. Apapun itu yakinlah selalu ujian tunangannya selalu tepat dihadapan Allah. Diberiakn sesuai porsi kemampuan, tak kurang dan tak lebih. Jika pun selesai, akan tetapeiganti dengan ujian baru, dan bersyukur jika jauh lebih berat lagi. Semoga realisasi di Idul Fitri nanti terwujud. Amiin 18 Juni, pukul 9 Pagi. 23 Ramadhan

Selasa, 16 Mei 2017

Catatan 1 Februari 2017

Sekelumit ujian bertahan di jalan dakwah. 

Terkadang,  ketika perasaan melemah.  Ingin rehat,  ingin istrahat,  bahkan pernah terbesit ingin melarikan diri dari amanah yang datang silih berganti.  Yaaa,  kita lah yang butuh didakwahi. 

Allah hadirkan para penyemangat entah dalam bicaranya,  bahkan dalam diamnya.  Gerak - geriknya seolah-olah berkata "jangan menyerah,  aku ada untukmu.  Jangan menyerah ini belum lah seberapa.  Sabarlah sedikit lagi,  tempat kekal ada didepan mata".

Semua itu menukar kondisi.  Ketika kita kembali bersemangat,  datang lagi ujian.  Entah dari keluarga dekat,  kerabat,  kawan,  dan kondisi sosial yang semacam memaksa. Hentikanlah aktivitasmu,  keluarlah dari sana,  tinggalkanlah dan cobalah dunia baru. 

Materi, pegangan terkuat yang bisa saja mematahkan seketika hati yang tak kuat. Bahkan ucapan semenit maknanya begitu membekas.  "Ngaji?  Kajian?  Memangnya ada apa dibalik sana?  Apa pula yang kamu perbuat?  Memangnya itu mampu membuatmu mendapatkan uang? ".

Sungguh,  sedih rasanya. Ditambah lagi "Apakah kajianmu lebih penting dari keluargamu?". Pelan, aku berkata.  "Maaf,  Allah lebih penting dari segalanya,  bahkan Allah,  berjuang dijalanNya, jalan dakwah ini lebih aku cintai dari apapun jua dimuka buminya. Harta?  Keluarga?  Itu tak ada apa-apanya dibandingkan Allah.  Karena Allah lah yang menghadirkan semuanya. Hampir saja terlontar.  "Jika begitu minta uanglah lewat sana." 

Lalu? Dari siapakah kritikan itu?  Dari siapa semua perkataan itu?

Semua itu berawal dari sini.  2 Bulan sudah saya menyelesaikan studi di bangku perkuliahan. Mencari pekerjaan yang cocok itu bukan hal yang mudah.  Ditambah lagi dengan kondisi hari ini.  Tak ada jaminan pekerjaan yang mampu menjaga kita untuk tetap berpegang pada syariat Islam kecuali sedikit.  Yaa,  aturan yang dijalankan dalam perusahaan tak mampu menjaga para karyawannya. 

Ditambah lagi,  saya tetap bersikukuh untuk kerja di media itu. Namun,  belum rezekinya berada disana saat ini. Ya tentu saja,  lulus kuliah masih ngekor sama uang ortu.  Kerjanya belum jelas,  pendapatan dan pengeluaran kini tak sejalan. 

Semakin hari pengeluaran saya semakin bertambah.  Bergantung pada orang tua,  siapa sih yang suka hal itu? Terbentang dalam pikiran yang lebih dalam.  Saya tau betul,  kondisi ekonomi keluarga saya.  Sikap materealistis manusia yang tidak paham kedudukan seorang perempuan. Seolah-olah itu mengharuskan saya untuk bekerja.  Dan satu lagi.  Masalah keluarga yang tak pernah terselesaikan sejak awal.  Yang amat sulit diceritakan bahkan di blog pribadi. 

Disisi lain,  itu yang membuat saya harus kuat,  harus berpenghasilan,  harus dan harus. 

Sungguh benar,  apa yang terlihat diluar belumlah sama yang di dalam.  Namun saya sangat yakin,  fokus pada masalah hanya membuat saya terpuruk. 

Berbicara pada orang awam seperti keluarga saya sendiri adalah dawkah paling berat selama ini.
Saya paham,  saya tahu kedudukan saya sebagai anak dalam keluarga saya. Dan saya tak menafikkan apa saja yang mereka harapkan dari anak sulungnya.

Namun,  saya kecewa dengan tanggapan mereka persoal kedudukan dakwah yang akan terus saya perjuangkan. 

"Tak serupiah pun uang kami dapat dalam menjalankan ini".

Dan jalan ini lebih penting dari keluarga.  😩

Dan esok bahkan saya akan menambahkan.  Saya tahu Allah yang memberi rezeki, mengapa saya harus takut tak lagi diberikan uang bulanan?  Mengapa saya harus takut diancam ini dan itu. 

Namun apa daya,  masih kecut iman saya.  Ini masih sampai dihati saja. 

Seandainya saja materi,  kedudukan dunia yang kami harapkan.  Memikirkan umat,  disetiap waktu yang kami upayakan,  kesenangan duniawi yang ingin kami capai.  Mungkin saja,  sejak awal semuanya telah meninggalkan jalan juang ini.  Mereka akan sibuk dengan pekerjaan kebanyakan orang diluaran sana.  Untuk materi dan materi yang tak serupiah pun dibawa mati.  😢

Apa yang saya alami tak ada apa-apanya.  Orang sebelumnya lebih dulu merasakan ini.  Bahkan jauh lebih berat dari ini.  Naik level pada keimanan sama halnya dengan ujian naik kelas.  Rasanya tidak mudah jika tak dipelajari.  Rasanya berat saja jika tak diupayakan untuk menyelesaikannya.  Namun,  semuanya terbayar jika ada hasil ujian yang telah keluar.  Dan kadang pula hasilnya tak sama dengan apa yang kita harapkan.  Dan inilah ujian.  Seperti ini adanya.  Allah senantiasa mengingatkan "sabar dan sholat" kunci untuk bertahan...

Tak ada uang,  namun berada dalam jamaah lebih nikmat berkali lipat rasanya.  Tak ada uang,  berkisah aktivitas dunia menuju akhirat jauh lebih nikmat rasanya. Semua itu bahkan lebih nikmat dibandingkan berada dalam keluarga tercinta.  Mencintai Allah dan Rasul,  mencari Cinta mereka bukan pekerjaan mudah.

Pantaslah jika dikatakan.  Para pejuang itu tak boleh cengeng.  Para pejuang itu tak boleh menyerah,  apalagi kalah dengan ujian.  Namanya saja pejuang.  Berjuang dan berjuanglah kerjanya. 

Tak lagi pantas jika ada ketakutan persoal materi.  Pekerjaan?  Yang terbaik akan datang diwaktu yang tepat.  Yang terpenting terus berusaha.  😂😂😂😂😂

Jumat, 31 Maret 2017

SMA Paham Islam

Masyaa Allah,  pertanyaan dari anak-anak LDS.
Mulai dari bertanya hukumnya berpuasa hingga menunda menggantinya sebulan dua Bulan.  Bahkan ada pula yang menanyakan bagaimana hukumnya bersentuhan yang bukan mahrom.  Sekalipun itu dalam lakon drama.

Antusiasme mereka yang didominasi anak kelas X rasa-rasanya muhasabah.  Problem drama disekolah. 
"Perlu adanya drama syari dek" komentarnya kakak pemateri.  😀😀😀

Lalu yang tua-tua kemana saja?  Masih kah bermajelis?  Atau justru semakin memupuk kemaksiatan?
Mari kita malu sebagai seorang pemuda.  Jangan sampai diakhirat kelak jawaban kita cukup miris. 
Untuk apa kamu habiskan masa mudamu?
Nonton bioskop,  hura-hura,  ke mall setiap hari,  hunting every dat,  pokoknya mencari kesenangan duniawi yang takkan ada habisnya juga tak akamnmembuat hati merasakan ketengan yang hakiki. 

Marinkita belajar dari adik-adik ini. Diusia mereka yang rata-rata 15 tahun mereka telah memikirkan sesuatu yang dilakukan orang disekitarnya.  Bagaimana hukumnya bercampur baur, sampai dimana interaksi laki-laki dan perempuan. Semangatnya mereka semoga kelak tertular pada yang lain. 

BULAN APRIL

Sesuatu yang sebenarnya rumit tetapi menyenangkan.

Mungkin ini jawaban akan doa-doa yang tak tertunda,  tetapi Allah kabulkan agar aku mampu lebih memahami makna dariNya. 

Kebahagian besar seorang manusia ketika apa yang diinginkannya,  Allah berikan kesempatan atasnya. 

Besok adalah awal yang semoga Allah Ridho.  Resmi menjadi seorang reporter koran harian media cetak.  Media yang saya nantikan berbulan-bulan dan menunda sejumlah resolusi saya beberapa Bulan belakangan. 

Pekerjaan dengan jutaan tantangan kedepannya yang akan sangat mendebarkan.  Pengalaman saya dijurnalistik hanya terhitung hari.  Bahkan saya sendiri pun miris dengan ke kritisan saya yang terbelenggu menjadi anak teknik beberapa tahun.

Intinya,  saya mulai kembali dari 0. Menghilangkan jauh-jauh ketidak PDan.  Fokus dan berusaha memberikan hasil terbaik. 

Ada kalanya,  apa yang ada dilapangan sangat bertentangan dengan ideologi yang tertancam dalam pikiran saya.  Dan disanalah saya perlahan mengerti,  mungkin ini jalannya. 
Disisi lain,  sebagai seorang reporter harus netral menyampaikan apa yang ada dilapangan.  Dan disisi lain,  opini sebagai pengemban dakwah harus terus berjalan.  Dan ini yang harus saya lakukan jauh lebih keras lagi. 

Tantangan baru entah rencana apa lagi yang akan diberikan Allah kepada saya.  Lipitsn di daerah Gowa sedang amanah dakwah daerah kampus sedang bergejolak.  Sungguh,  disana saya galau. 

Jarak tempat liputan,  kantor dan kosan juga tempat halaqoh tak perlulah saya jelaskan.  Jika mereka para wartawan bisa melaluinya,  kenapa saya harus mengeluh.  Ini konsekwensi dadi sebuah pilihan. 

Menjadi yang bukan kebiasaan kita saat ini.  Disanalah harga mahal yang takkan mampu terbayar dengan uang.  Akan banyak pengalaman baru disini,  teman baru,  jalan cerita baru.  Dan semoga masa depan baru yang jauh lebih baik mampu dihasilkannya. 

Selamat beeposes.  Semoga kamu mampu.  Bismilllah.